Pada
pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa faktor kebudayaan merupakan faktor
penting yang dapat mempengaruhi
pembelian dan konsumsi seseorang. Namun ternyata bukan hanya faktor
kebudayaan saja, faktor kelas sosial dan status pun ikut berpengaruh dalam
perilaku konsumsi seseorang. Sebagai contoh, seorang direktur perusahaan asing yang
tinggal di kawasan elit dan memiliki banyak relasi dengan orang terpandang
tentu akan memiliki status sosial yang berbeda dengan anak dari staff perusahaan
tersebut. Perbedaan status sosial ini tidak hanya terlihat dari perilaku dan
gaya hidup mereka tetapi juga pada pola konsumsi sehari-hari. Seorang direktur
perusahaan dengan status sosial yang tinggi biasanya akan memilih tempat pertemuan
atau acara makan-makan dengan relasinya di restoran-restoran besar (ex : Grand
Hyatt, Shangri-la, Ritz Carlton, J.W. Marriott, dll) sedangkan staff perusahaan
cenderung memilih tempat di restoran biasa. Perbedaan konsumsi dari status
sosial pun dapat terlihat dari pemakaian kendaraan umum. Seperti yang kita ketahui,
untuk taxi tersedia taxi tarif bawah yang bisa digunakan kalangan menengah,
taxi blue bird yang biasa digunakan
sebagian kalangan menengah keatas, dan taxi Silver
Bird yang biasa digunakan kalangan dengan status sosial dan kelas sosial
yang tinggi. Pembelian barang sehari-hari pun dapat membedakan status dan kelas
sosial konsumen. Biasanya konsumen yang memiliki status sosial tinggi cenderung
membeli produk-produk bermerk yang asli atau produk-produk impor, sedangkan
konsumen dengan kelas sosial menengah ke bawah hanyak membeli produk bermerk KW
atau mungkin produk pabrik lokal yang tidak bermerk. Dari contoh diatas dapat
terlihat produsen pun memanfaatkan perbedaan status dan kelas sosial tersebut
untuk dalam mengeluarkan produk-produknya. Bentuk pemanfaatan tersebut terlihat
dari harga yang ditetapkan dan kualitas produk yang diberikan.
Atau
mungkin untuk beberapa kasus tertentu seseorang justru mengubah pola
konsumsinya sebagai faktor tuntutan dari status sosial yang melekat padanya.
Seperti contoh, Lucy adalah bagian dari unit manager di suatu perusahaan
asuransi terbesar di dunia. Namun secara pribadi ia adalah sosok yang sederhana.
Ketika ia berusaha merekrut agent baru untuk perusahaannya, Lucy harus mengubah
pola konsumsinya menjadi lebih tinggi dengan berpenampilan lebih glamour dan menggunakan produk-produk branded dikarenakan statusnya sebagai
unit manager dan untuk meyakinkan para calon agent bahwa jika mereka serius
bekerja dalam perusahaan tersebut, kehidupan mereka dapat menjadi jauh lebih baik seperti halnya para
unit manager di perusahaan tersebut. Dengan kata lain, Status Sosial dan Kelas
sosial jelas dapat mempengaruhi gaya hidup dan pola konsumsi seseorang. Bahkan
tak sedikit beberapa kelompok sosial dari kelas menengah yang berusaha menyamakan
pola konsumsinya dengan kelompok dari kelas sosial atas demi memperoleh status
sosial yang lebih tinggi dan diakui oleh kelompok dari kelas sosial atas karena
pada dasarnya, mayoritas dari bagian kelompok sosial atas cenderung hanya
mengakui orang-orang dari kelompok dengan status sosial yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar