Kepribadian, nilai, dan gaya hidup merupakan 3 faktor alami yang selalu ada
dan mendasari pembentukan pola perilaku konsumen setiap orang. Ketiganya memang
memiliki makna yang berbeda, namun pada dasarnya ketiga unsur tersebut saling
berkaitan satu sama lain dan gabungan dari ketiga unsur tersebut lah yang pada
akhirnya membentuk pola perilaku konsumen. Jadi dengan mengamati melalui
perilaku konsumsi sehari-harinya saja, kita dapat menilai seperti apa dan
bagaimana kepribadian dan gaya hidup seseorang, begitu pula sebaliknya. Selain
itu, faktor eksternal pun dapat mempengaruhi ketiga unsur tersebut, seperti keluarga,
kelas sosial, dan lingkungan pergaulan. Berikut adalah contoh kasus mengenai
hubungan kepribadian, nilai, dan gaya hidup terhadap pembentukan pola perilaku
konsumen :
Felixia adalah seorang anak pengusaha besar dan merupakan anak semata
wayang. Hidupnya sejak kecil sudah terbiasa serba mewah dan selalu dilengkapi
berbagai fasilitas. Setelah lulus SMA, Felixia mulai menekuni karir di dunia
modelling, dan kini dia sudah terhitung sukses di dunia model. Di kalangan
teman – teman perkuliahannya, Felixia dikenal sebagai pribadi yang sombong,
arogan, manja, dan tidak pernah lepas dari kesan mewah. Memang, sebagai seorang
model Felixia sangat memperhatikan setiap detail pakaian, sepatu, tas, dan
aksesoris yang dia pakai sehari – hari. Seluruh koleksinya pun memakai
produk-produk bermerk terkenal dari luar negeri, seperti Channel, Dior, Hermes,
Furla, D&G, dll. Setiap minggu pun Felixia selalu melalukan treatment di
salon dan klinik kecantikan ternama. Baginya, seluruh produk yang dia gunakan
akan membawa pengaruh yang besar bagi kehidupannya, khususnya dalam pencitraan ‘image’
dirinya di mata publik. Oleh karena itu, Felixia tidak bisa sembarangan dalam memilih
‘style’ sekalipun dalam kehidupan perkuliahannya. Selain itu, melalui karirnya
sebagai model Felixia tentu memiliki relasi dengan orang-orang ternama lainnya
dalam dunia modelling. Hal itu mengakibatkan gaya hidupnya terbawa seperti halnya
kaum socialita. Namun baginya hal itu merupakan hal biasa, atau bisa dikatakan
sebagai ‘tuntutan profesi’.
Dari contoh kasus di atas, tampak bahwa kepribadian, persepsi nilai, dan
lingkungan tempat tinggal pun berpengaruh dan saling berkaitan dengan
pembentukan perilaku konsumsi seseorang. Status sosial yang tinggi, dapat mengakibatkan
kepribadian yang dihasilkan menjadi semakin mengikuti ego seseorang. Lingkungan
kerja dan relasi dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Ketika seorang
individu sudah mulai membentuk persepsi atas pengaruh nilai suatu produk dalam
kehidupannya, dan kepribadian serta gaya hidupnya sudah saling terhubung, maka
akan tercipta pula suatu pola perilaku konsumsi pada individu tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar