Minggu, 11 November 2012

Sikap Motivasi dan Mawas Diri

Motivasi menurut istilah adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau suatu keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. Tujuan-tujuan yang mendasari motivasi ditentukan sendiri oleh individu yang melakukannya. Individu dianggap tergerak untuk mencapai tujuan karena motivasi intrinsik (keinginan beraktivitas atau meraih pencapaian tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan dari melakukan aktivitas tersebut), atau karena motivasi, yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal. disamping itu terdapat pula faktor yang lain yang mendukung diantaranya ialah faktor internal yang datang dari dalam diri orang itu sendiri. Didalam kehidupan, motivasi memiliki beberapa fungsi, antara lain :
1.    Motivasi Sebagai Pengarah Tujuan dan Penggerak Tindakan
Kata motivasi berasal dari kata ‘motif’, yang dapat didefinisikan sebagai suatu sebab atau tujuan yang dapat mendorong individu untuk melakukan suatu perbuatan. Dengan kata lain, motivasi itulah yang menjadi penggerak utama dalam diri individu untuk berusaha keras mencapai atau memperoleh yang apa diinginkannya baik secara positif maupun negatif.
2.    Motivasi Sebagai Pendorong 
Suatu motivasi memiliki fungsi yang sama dengan aspirasi, hasrat atau cita-cita, yang merupakan pendorong utama yang menggerakkan usaha seseorang untuk bersungguh-sungguh dalam mencapai harapannya. Jadi, semakin besar motivasi seseorang, semakin kuat pula dorongan untuk berusaha dalam dirinya.
3.  Motivasi Sebagai Stimulator 
Maksud motivasi sebagai stimulator disini adalah bahwa dengan timbulnya suatu motivasi dalam diri seseorang dapat menimbulkan suatu rangsangan yang dapat menambah semangat dalam masing – masing individu terhadap pencapaian suatu hal yang benar-benar diingkannya.
4.  Motivasi Sebagai Sumber Keberanian 
Ketika seseorang sudah betul-betul dan benar-benar menginginkan sesuatu, maka ketakutan dan kemalasan akan menjadi 2 hal yang merupakan musuh utama dalam pencapaian tujuan tersebut. Oleh karena itulah, dalam hal ini motivasi berperan penting sebagai sumber timbulnya keberanian, kerajinan dan ketekunan yang dapat melawan kedua hal tersebut.

Selasa, 06 November 2012

Contoh Pengaruh Kelas Sosial dan Status Terhadap Pembelian dan Konsumsi



Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa faktor kebudayaan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi  pembelian dan konsumsi seseorang. Namun ternyata bukan hanya faktor kebudayaan saja, faktor kelas sosial dan status pun ikut berpengaruh dalam perilaku konsumsi seseorang. Sebagai contoh, seorang direktur perusahaan asing yang tinggal di kawasan elit dan memiliki banyak relasi dengan orang terpandang tentu akan memiliki status sosial yang berbeda dengan anak dari staff perusahaan tersebut. Perbedaan status sosial ini tidak hanya terlihat dari perilaku dan gaya hidup mereka tetapi juga pada pola konsumsi sehari-hari. Seorang direktur perusahaan dengan status sosial yang tinggi biasanya akan memilih tempat pertemuan atau acara makan-makan dengan relasinya di restoran-restoran besar (ex : Grand Hyatt, Shangri-la, Ritz Carlton, J.W. Marriott, dll) sedangkan staff perusahaan cenderung memilih tempat di restoran biasa. Perbedaan konsumsi dari status sosial pun dapat terlihat dari pemakaian kendaraan umum. Seperti yang kita ketahui, untuk taxi tersedia taxi tarif bawah yang bisa digunakan kalangan menengah, taxi blue bird yang biasa digunakan sebagian kalangan menengah keatas, dan taxi Silver Bird yang biasa digunakan kalangan dengan status sosial dan kelas sosial yang tinggi. Pembelian barang sehari-hari pun dapat membedakan status dan kelas sosial konsumen. Biasanya konsumen yang memiliki status sosial tinggi cenderung membeli produk-produk bermerk yang asli atau produk-produk impor, sedangkan konsumen dengan kelas sosial menengah ke bawah hanyak membeli produk bermerk KW atau mungkin produk pabrik lokal yang tidak bermerk. Dari contoh diatas dapat terlihat produsen pun memanfaatkan perbedaan status dan kelas sosial tersebut untuk dalam mengeluarkan produk-produknya. Bentuk pemanfaatan tersebut terlihat dari harga yang ditetapkan dan kualitas produk yang diberikan.
Atau mungkin untuk beberapa kasus tertentu seseorang justru mengubah pola konsumsinya sebagai faktor tuntutan dari status sosial yang melekat padanya. Seperti contoh, Lucy adalah bagian dari unit manager di suatu perusahaan asuransi terbesar di dunia. Namun secara pribadi ia adalah sosok yang sederhana. Ketika ia berusaha merekrut agent baru untuk perusahaannya, Lucy harus mengubah pola konsumsinya menjadi lebih tinggi dengan berpenampilan lebih glamour dan menggunakan produk-produk branded dikarenakan statusnya sebagai unit manager dan untuk meyakinkan para calon agent bahwa jika mereka serius bekerja dalam perusahaan tersebut, kehidupan mereka dapat  menjadi jauh lebih baik seperti halnya para unit manager di perusahaan tersebut. Dengan kata lain, Status Sosial dan Kelas sosial jelas dapat mempengaruhi gaya hidup dan pola konsumsi seseorang. Bahkan tak sedikit beberapa kelompok sosial dari kelas menengah yang berusaha menyamakan pola konsumsinya dengan kelompok dari kelas sosial atas demi memperoleh status sosial yang lebih tinggi dan diakui oleh kelompok dari kelas sosial atas karena pada dasarnya, mayoritas dari bagian kelompok sosial atas cenderung hanya mengakui orang-orang dari kelompok dengan status sosial yang sama.

Contoh Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pembelian dan Konsumsi


Dewasa ini, kebudayaan Indonesia sudah banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing, baik itu budaya barat maupun timur (Jepang dan Korea).  Banyaknya pengaruh yang masuk dalam kebudayaan Indonesia tidak hanya mempengaruhi sikap dan perilaku sehari-hari masyarakat Indonesia tapi juga mempengaruhi perilaku pembelian dan konsumsi. Sebagai contoh, di tengah maraknya budaya jepang dan korea yang sedang berkembang di Indonesia, tidak sedikit konsumen yang mulai membeli barang-barang yang bertemakan Jepang/Korea. Seperti halnya makanan, banyak konsumen awalnya mengkonsumsi masakan daerah dari Indonesia kini beralih mengkonsumsi ramen, sushi, kimchi, dsb. Untuk penampilan pun banyak konsumen yang kini mengincar baju (ex : coat, dress) dan tas ala artis-artis korea dan make-up dengan brand korea. Sedangkan untuk budaya jepang, beberapa kalangan mengadakan acara cosplay dimana pihak-pihak yang berpartisipasi dalam acara tersebut harus menggunakan costum layaknya karakter-karakter anime atau tokoh jepang lainnya, dan tentu saja hal tersebut membutuhkan perlengkapan yang harus dibeli. Untuk beberapa kalangan yang merupakan profesional cosplayer, mereka sudah banyak mengumpulkan barang-barang bertemakan jepang tersebut. Bahkan tak jarang penampilan sehari-hari dan kehidupan mereka pun didasari pada budaya jepang.
Contoh-contoh di atas merupakan bentuk dari pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi masyarakat. Dimana hal tersebut membuktikan bahwa ternyata memang perilaku konsumsi masyarakat dapat dibentuk dari budaya yang berkembang. Dalam hal ini produsen pun ikut memberikan pengaruh pada perilaku konsumsi masyarakat, khususnya dalam hal pemasaran/pengiklanan atas produk-produknya. Konsep pemasaran yang didasarkan pada budaya jepang/korea tentu akan semakin mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian dan konsumsinya. Seperti halnya dengan memakai artis-artis jepang dan korea sebagai icon produk kecantikan dan whitening, hal tersebut tentu dapat mendorong minat konsumsi masyarakat untuk mengkonsumsi produk tersebut dengan harapan dapat memberikan efek layaknya yang mereka lihat dari icon produk tersebut. Masyarakat yang semula menggunakan produk dari Indonesia kini mulai beralih menggunakan produk – produk luar. Bagaimanapun juga, pada dasarnya konsumen cenderung akan mengkonsumsi produk-produk yang sedang booming di kalangan masayarakat.

Pengaruh Kelas Sosial dan Status Terhadap Pembelian dan Konsumsi


Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada perbedaan-perbedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan membentuk status sosial dan kelas sosial. Status sosial merupakan sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya, sedangkan kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi. Suatu keputusan pembelian dan konsumsi seseorang dapat dipengaruhi oleh salah satunya kelas dan status social. Pengaruh dari adanya kelas sosial dan status sosial terhadap pembelian dan konsumsi dapat terlihat dari pembelian akan kebutuhan untuk sehari-hari, bagaimana seseorang dalam membeli akan barang kebutuhan sehari-hari baik yang primer ataupun hanya sebagai penghias dalam kelas sosial begitu berbeda. Para konsumen mungkin membeli suatu produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan konsumen mungkin menghindari berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk tersebut adalah produk-produk kelas yang lebih rendah. Untuk kelas sosial dari status yang lebih tinggi akan membeli barang kebutuhan yang bermerek terkenal, ditempat yang khusus dan memiliki harga yang cukup mahal. Sedangkan untuk kelas sosial dari status yang lebih rendah akan membeli barang kebutuhan yang sesuai dengan kemampuannya dan ditempat yang biasa saja.
Status dan Kelas sosial menunjukan preferensi produk dan merek dalam bidang-bidang ter-tentu seperti pakaian, perabotan rumah, kegiatan pada waktu luang, dan kendaraan. Beberapa pemasar memfokuskan usaha mereka pada satu kelas social. Misalnya Shang Palace di Shangrila Hotel Singapura berfokus pada pelanggan kelas atas, sedangkan kios makanan di pusat penjaja terbuka berfokus pada pelanggan kelas menengah dan bawah. Gaya hidup dari lapisan atas akan berbeda dengan gaya hidup lapisan menengah dan bawah. Demikian juga halnya dengan perilaku masing-masing anggotanya dapat dibedakan sehingga kita mengetahui dari kalangan kelas social mana seseorang berasal. Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial, ada faktor-faktor gaya hidup tertentu (kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku bersama) yang cenderung membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas sosial lainnya. Adapun yang merupakan ukuran kelas sosial dari konsumen yang dapat diterima secara luas dan mungkin merupakan ukuran kelas sosial terbaik terlihat dari pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.

Senin, 05 November 2012

Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pembelian dan Konsumsi


Menurut Berkowitz, (2000)  Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor situasional, psikologis, marketing mix, dan sosial budaya. Faktor sosial dan budaya itu sendiri meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas, sosial dan budaya. Dari keseluruhan faktor yang dapat mempengaruhi pembelian dan konsumsi, faktor budaya merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh paling luas karena budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Dalam kaitannya dengan pembelian dan konsumsi, budaya dapat didefinisikan sebagaisejumlah total dari beliefs, values, dan customs yang dipelajari yang ditujukan pada perilaku konsumen dari anggota masyarakat tertentu. Lebih luas lagi, baik values maupun beliefs merupakan konstruk mental yang mempengaruhi sikap yang kemudian berpengaruh terhadap kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap perilaku tertentu. Berbeda dengan values dan beliefs yang menjadi pedoman berperilaku, customs atau kebiasaan terdiri dari perilaku rutin sehari-hari yang merupakan cara berilaku yang dapat diterima.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Melalui hal tersebut, Konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka, karena setiap individu mempersepsikan dunia dengan pendapat dan cara pandang masing-masing.Singkatnya, faktor kebudayaan dapat memuaskan kebutuhan, budaya bisa dipelajari, dan yang paling penting adalah budaya berkembang, karena semakin berkembangnya kebudayaan atau yang biasa kita dengar dengan istilah Up To Date maka akan semakin berkembang pula perilaku konsumsi seseorang.

Jumat, 05 Oktober 2012

Contoh Kasus Kepribadian, Nilai, dan Gaya Hidup Dalam Pembentuka Pola Perilaku Konsumsi



Kepribadian, nilai, dan gaya hidup merupakan 3 faktor alami yang selalu ada dan mendasari pembentukan pola perilaku konsumen setiap orang. Ketiganya memang memiliki makna yang berbeda, namun pada dasarnya ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain dan gabungan dari ketiga unsur tersebut lah yang pada akhirnya membentuk pola perilaku konsumen. Jadi dengan mengamati melalui perilaku konsumsi sehari-harinya saja, kita dapat menilai seperti apa dan bagaimana kepribadian dan gaya hidup seseorang, begitu pula sebaliknya. Selain itu, faktor eksternal pun dapat mempengaruhi ketiga unsur tersebut, seperti keluarga, kelas sosial, dan lingkungan pergaulan. Berikut adalah contoh kasus mengenai hubungan kepribadian, nilai, dan gaya hidup terhadap pembentukan pola perilaku konsumen :
Felixia adalah seorang anak pengusaha besar dan merupakan anak semata wayang. Hidupnya sejak kecil sudah terbiasa serba mewah dan selalu dilengkapi berbagai fasilitas. Setelah lulus SMA, Felixia mulai menekuni karir di dunia modelling, dan kini dia sudah terhitung sukses di dunia model. Di kalangan teman – teman perkuliahannya, Felixia dikenal sebagai pribadi yang sombong, arogan, manja, dan tidak pernah lepas dari kesan mewah. Memang, sebagai seorang model Felixia sangat memperhatikan setiap detail pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris yang dia pakai sehari – hari. Seluruh koleksinya pun memakai produk-produk bermerk terkenal dari luar negeri, seperti Channel, Dior, Hermes, Furla, D&G, dll. Setiap minggu pun Felixia selalu melalukan treatment di salon dan klinik kecantikan ternama. Baginya, seluruh produk yang dia gunakan akan membawa pengaruh yang besar bagi kehidupannya, khususnya dalam pencitraan ‘image’ dirinya di mata publik. Oleh karena itu, Felixia tidak bisa sembarangan dalam memilih ‘style’ sekalipun dalam kehidupan perkuliahannya. Selain itu, melalui karirnya sebagai model Felixia tentu memiliki relasi dengan orang-orang ternama lainnya dalam dunia modelling. Hal itu mengakibatkan gaya hidupnya terbawa seperti halnya kaum socialita. Namun baginya hal itu merupakan hal biasa, atau bisa dikatakan sebagai ‘tuntutan profesi’.
Dari contoh kasus di atas, tampak bahwa kepribadian, persepsi nilai, dan lingkungan tempat tinggal pun berpengaruh dan saling berkaitan dengan pembentukan perilaku konsumsi seseorang. Status sosial yang tinggi, dapat mengakibatkan kepribadian yang dihasilkan menjadi semakin mengikuti ego seseorang. Lingkungan kerja dan relasi dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Ketika seorang individu sudah mulai membentuk persepsi atas pengaruh nilai suatu produk dalam kehidupannya, dan kepribadian serta gaya hidupnya sudah saling terhubung, maka akan tercipta pula suatu pola perilaku konsumsi pada individu tersebut.

Contoh Kasus Evaluasi Alternatif Produk


Dalam mengambil keputusan pembelian atas suatu produk, konsumen terlebih dahulu harus mengevaluasi alternatif – alternatif produk yang akan dibelinya. Namun sebagian konsumen justru bersikap tidak peduli pada perbedaan – perbedaan antara satu produk dengan produk lainnya, dan lebih berlandaskan pada ‘terpenuhinya kebutuhan’ tanpa memerhatikan kepuasannya sebagai konsumen. Sebagai contoh, Elisha adalah tipe pembeli yang sangat selektif, setiap kali membeli suatu produk tidak jarang dia menghabiskan lebih banyak waktunya hanya untuk memilih dan membaca satu per satu informasi produk tersebut pada kemasannya. Sekalipun Elisha sudah memiliki pengalaman yang puas atas pemakaian suatu produk di masa lalu, namun ketika dia menemukan adanya produk sejenis yang baru dia pun melakukan evaluasi ulang untuk membandingkan produk baru tersebut dengan produk yang sudah pernah digunakannya. Menurutnya, sebagai konsumen dia harus cermat, cerdas, dan teliti dalam menggunakan produk, karena baginya kepuasan akan manfaat produk tersebut paling utama dalam pertimbangan ketika melakukan keputusan pembelian. Harga bukanlah prioritas utamanya, Elisha yakin bahwa harga tidak pernah menipu dan merupakan salah satu indikator penentu baik buruknya kualitas suatu produk.
Di lain pihak, Resha adalah pembeli yang sangat bertolak belakang dengan Elisha. Dia tidak biasa melakukan evaluasi mendalam pada kualitas produk ketika melakukan pengambilan dalam keputusan pembelian. Menurutnya, harga adalah faktor terpenting sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian dan semua kualitas produk dianggap sama. Memang Resha pun meyakini bahwa tidak setiap produk memiliki kualitas yang sama persis, namun baginya itu bukanlah masalah karena pada intinya produk tersebut pun akan memberikan manfaat yang ‘sama’ pada akhirnya, dan jika sudah menemukan produk yang memang memberikan manfaat yang sangat memuaskan, maka evaluasi produk terhadap produk sejenis dianggap tidak lagi penting. Menurut Resha, perbedaan harga itu tidak mengakibatkan perbedaan jauh pada kualitas, hal itu hanya terkait masalah kemasan atau karena ‘brand’ dari perusahaan besar.
Dari kedua contoh diatas, tampak jelas keduanya memiliki pandangan yang berbeda mengenai evaluasi alternatif produk. Hal itu dipengaruhi oleh persepsi masing – masing individu itu sendiri atas nilai dan manfaat dari suatu produk, dan mengaibatkan terpentuknya pola perilaku konsumen yang berbeda pula. Karena itu, evaluasi alternatif produk dianggap sebagai salah satu faktor penentu yang dapat membentuk pola perilaku konsumen.

Kamis, 04 Oktober 2012

Kepribadian, Nilai, dan Gaya Hidup


Kepribadian nilai dan gaya hidup adalah naluri alamiah yang merupakan atribut atau sifat-sifat yang berada pada sifat manusia, bagaimana cara manusia berfikir, faktor lingkungan sebagai sebuah objek pengaruh dalam menentukan pola berfikir manusia, dan juga faktor pendapatan yang membentuk manusia pada pola-pola konsumerisme. Ketiga unsur tersebut pun saling berkaitan satu sama lain, dimana konsumen akan memilih suatu produk yang akan dibeli berdasarkan nilai produk itu sesuai dengan gaya hidup maupun kepribadiannya. Jadi, Pola yang dapat dilihat dari kepribadian, nilai, dan gaya hidup seseorang terkait dengan perilaku konsumen dalam memilih suatu produk yang akan beli, karena suatu produk yang akan dibeli semua harus memenuhi kebutuhan yang bersifat pribadi dari seseorang.
Ø  Kepribadian
Kepribadian memiliki pengertian yang luas, kepribadian bukan hanya mencakup segala sesuatu yang nampak secara lahiriah, tetapi juga meliputi dinamika individu tersebut. Kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis individu yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik. Sedangkan pola kepribadian merupakan suatu penyatuan struktur yang multi dimensi yang terdiri atas self-concept sebagai inti atau pusat grafitasi kepribadian dan traits sebagai struktur yang mengintegrasikan kecenderungan pola-pola respon. Pola yang dapat dilihat dari kepribadian seseorang adalah dengan cara mengetahui karakter asli dari orang tersebut dengan mengamati kepribadian sehari-harinya, karena pada dasarnya kepribadian seseorang itu selalu berbanding lurus dengan cara seseorang itu bersikap. Kepribadian memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri actual individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri orang lain (bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya).

Ø  Nilai
Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari 3 persyaratan hidup manusia yang universal, yang direfleksikan dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial (Schwartz & Bilsky, 1987). Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan. Pola yang dapat kita lihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan alasan seseorang dalam membelanjakan uang atau sember daya yang mereka kelola dan miliki. Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan jasa terhadap kehidupan, maka makin tinggi pula apresiasi mereka dalam memandang barang dan jasa tersebut dari segi konsumsi. Nilai – nilai yang terbentuk dalam masing – masing individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu (ex : pengasuhan orang tua, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang unik (Feather, 1994; Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; Rokeach, 1973; Schwartz, 1994).

Ø  Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang memilih untuk menggunakan waktu, uang dan energi, dan merefleksikan nilai-nilai, rasa, dan kesukaan, khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan, sekaligus merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipandang oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain. Pola yang dilihat dari gaya hidup seseorang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pola yang dilihat dari kepribadian maupun nilai. Tetapi yang membedahkannya adalah dalam gaya hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh pergaulan dan lingkungan sekitar. Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka, sedangkan kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi mereka terhadap sesuatu. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi gaya hidup konsumen :
1.   Kegiatan yaitu bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.
2.   Minat yaitu tingkat keinginan atau perhatian atas pilihan yang dimiliki konsumen.
3. Pendapat atau pemikiran yaitu jawaban sebagai respon dari stimulus dimana semacam pertanyaan yang diajukan.
Ketiga faktor tersebut merupakan faktor internal, yaitu faktor yang dipengaruhi oleh pribadi konsumen tersebut, sedangkan faktor lain yang dapat memperngaruhi gaya hidup seseorang dan termasuk pada faktor eksternal antara lain : kelas sosial, geografis, dan daur hidup dalam rumah tangga. 

Evaluasi Alternatif Sebelum Pengambilan Keputusan Pembelian


Evaluasi alternatif adalah suatu proses membandingkan dari berbagai alternatif yang tersedia sehingga diperoleh pilihan terbaik. Proses ini tentu merupakan salah satu poin terpenting dalam mengambil keputusan pembelian suatu barang. Saat konsumen melakukan aktivitas ini, mereka sedang mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat pada satu produk dan menilai atribut mana yang lebih penting untuknya yang ia gunakan sebagai dasar keputusan memilih produk (Kotler, 2005). Philip kotler mengemukakan, “Konsumen mempelajari merek-merek yang tersedia dan ciri-cirinya. Informasi ini digunakan untuk mengevaluasi semua alternatif yang ada dalam menentukan keputusan pembeliannya” (1998 : 170).
Persaingan antar perusahaan sejenis mengakibatkan banyaknya produk pilihan yang beredar di pasaran. Namun tidak semua produk tersebut memiliki kualitas yang sama, sehingga konsumen harus semakin selektif dan teliti dalam memilih produk yang tersedia di pasar. Untuk itulah konsumen harus cermat dalam mencari informasi  mengenai tersedianya berbagai alternatif yang akan memenuhi kebutuhannya nanti, dan melakukan evaluasi alternatif produk sebelum mengambil keputusan dalam pembelian. Namun, kegiatan pencarian informasi ini biasanya hanya dilakukan oleh konsumen yang memiliki kesadaran akan kebutuhan dan keinginannya. Beberapa kriteria umum yang biasanya diperhatikan konsumen dalam melakukan evaluasi alternatif pilihan produk antara lain :
1.    Harga
Konsumen cenderung akan memiliha harga yang murahuntuk suatu produk yang ia tahu spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak mengetahui kualitas produk tersebut maka harga cenderung menjadi indikator kualitas.
2.    Merek
Merek terbukti menjadi faktor penentu dalam pembelian berbagai produk, seperti tas, sepatu, jam tangan, kosmetik, obat, elektronik, dll. Hal ini penting ketika konsumen sulit menilai kriteria kualitas produk, maka kepercayaan pada merek yang sudah memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko kesalahan dalam pembelian.
3.    Negara Produsen
Beberapa konsumen pun bahkan mempertimbangkan dari negara mana suatu produk dihasilkan. Tidak sedikit negara – negara yang telah dijadikan icon khusus untuk produk – produk tertentu. Seperti parfum dan produk fashion dari Perancis dan Itali, Jam tangan, jaket dan dompet kulit dari Swiss,  produk elektronik dari Jepang, dll.
Selain kriteria di atas, bahkan tidak jarang konsumen yang melakukan penilaian kinerja, dan pengaruh dari masing – masing alternatif terhadap gengsi, kesenangan, dan kepuasan pribadinya sebagai dasar evaluasi. Biasanya, dalam melakukan evaluasi terhadap alternatif produk, konsumen cenderung menggunakan dua tipe informasi, yaitu :
-       Mengetahui merek yang konsumen rencanakan untuk digunakan dalam memilih
-       Menyusun kriteria - kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi setiap merek
Menurut Sutisna, "Setidak-tidaknya ada dua kriteria evaluasi alternatif. Pertama adalah manfaat yang diperoleh dengan membeli produk. Kedua, kepuasan yang diharapkan"(2001:22). Namun, proses evaluasi alternatif produk pun pada akhirnya tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik saat itu. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian. Namun, selama proses evaluasi konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah. Pengalaman konsumsi secara langsung pun akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi ataukah menggunakan merk yang lain untuk membandingkan kualitas mana yang lebih baik dari produk sejenis. Konsumen dengan keterlibatan emosional dan keterlibatan yang tahan lama dalam mengavaluasi suatu produk dikategorikan sebagai konsumen dengan keterlibatan yang tinggi. Hal ini menyebabkan konsumen  lebih banyak mencari informasi serta lebih berhati – hati dalam melakukan keputusan pembelian.

Senin, 11 Juni 2012

Perbatasan Wilayah dan Provinsi di Indonesia

Jelaskan Perbatasan Wilayah Darat dan Laut Indonesia dengan Negara Tetangga!
Indonesia Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 17.506 pulau, 5.705 pulau yang tak bernama  dan 11. 801 pulau yang bernama. Luas laut teritorial sekitar 285.005 km, luas laut perairan ZEE 2.692.762 km, luas perairan pedalaman 2.012.392 km, luas wilayah daratan 2.012.402 km, luas wilayah perairan Indonesia 5.877.879 km, yang langsung menjadi batas Indonesia dengan negara tetangga. Adapun batas darat wilayah Republik Indonesia berbatasan langsung dengan 3 negara, yaitu : Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste dengan panjang garis perbatasan darat secara keseluruhan adalah 2914,1 km. Perbatasan darat Indonesia tersebar di tiga pulau, empat Provinsi dan 15 kabupaten/kota yang masing-masing memiliki karakteristik perbatasan yang berbeda-beda. Sedangkan wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste dan Papua Nugini. Wilayah perbatasan laut pada umumnya berupa pulau-pulau terluar yang jumlahnya 92 pulau dan termasuk pulau-pulau kecil. Adapun batas-batas wilayah laut Indonesia dengan negara-negara tetangga meliputi : Batas laut teritorial, Batas zona tambahan, Batas perairan ZEE, dan Batas landas kontinen.


Sebutkan Pulau-Pulau di Indonesia yang Merupakan Pulau Terluar yang Berbatasan dengan Negara Tetangga!
Berdasarkan hasil survei Base Point atau Titik Dasar yang telah dilakukan DISHIDROS TNI AL, untuk menetapkan batas wilayah dengan negara tetangga, terdapat 183 titik dasar yang terletak di 92 pulau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, diantaranya :
1.       Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Rawa, Rusa, Benggala dan Rondo berbatasan dengan India
2.       Pulau Sentut,, Tokong Malang Baru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Subi Kecil, Kepala, Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Berhala, Batu Mandi, Iyu Kecil, dan Karimun Kecil berbatasan dengan Malaysia
3.       Pulau Nipa, Pelampong, Batu berhenti, dan Nongsa berbatasan dengan Singapura
4.       Pulau Sebetul, Sekatung, dan Senua berbatasan dengan Vietnam
5.       Pulau Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Manterawu, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawa Ikang, Miangas, Marampit, Intata, kakarutan dan Jiew berbatasan dengan Filipina
6.       Pulau Dana, Dana, Mangudu, Shopialoisa, Barung, Sekel, Panehen, Nusa Kambangan, Kolepon, Ararkula, Karaweira, Penambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batugoyan, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela dan Meatimiarang berbatasan dengan Australia
7.       Pulau Leti, Kisar, Wetar, Liran, Alor, dan Batek berbatasan dengan Timor Leste
8.       Pulau Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondo dan Liki berbatasan dengan Palau
9.       Pulau Laag berbatasan dengan Papua Nugini
10.   Pulau Manuk, Deli, Batukecil, Enggano, Mega, Sibarubaru, Sinyaunau, Simuk dan wunga berbatasan dengan Samudra Hindia
Diantara 92 pulau terluar ini, ada 12 pulau yang harus mendapatkan perhatian serius dintaranya:
1.       Pulau Rondo
Di Laut Andaman, Indonesia berhadapan dengan wilayah India. Pulau kecil seluas 3 km2 bernama Rondo menjadi batas ujung barat Indonesia, Provinsi Nangro Aceh Darussalam. Menurut  Besluit  No 25, 18 September 1899, pulau ini bagian kewenangan Gubernur Aceh.
2.       Pulau Berhala
Pulau Berhala terletak di perairan timur Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Di tempat ini terdapat Titik Dasar TD 184. Pulau ini menjadi sangat penting karena menjadi pulau terluar Indonesia di Selat Malaka, salah satu selat yang sangat ramai karena merupakan jalur pelayaran internasional.
3.       Pulau Nipa
Pulau Nipa adalah salah satu pulau yang berbatasan langsung dengan Singapura dan salah satu pulau terluar Indonesia di Selat Malaka. Meski tak berpenghuni, berulang kali terjadi pengerukan pasir di Nipa untuk dijual ke Singapura sehingga menggerogoti batas wilayah dan ZEE Indonesia. Nipa merupakan bekas wilayah Keresidenan Riau dan secara Administratif pulau ini masuk kedalam wilayah Kelurahan Pemping Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau.
4.       Pulau Sekatung
Pulau ini merupakan pulau terluar Propinsi Kepulauan Riau di sebelah utara dan berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 030 yang menjadi Titik Dasar dalam pengukuran dan penetapan batas Indonesia dengan Vietnam.
5.       Pulau Marore
Pulau ini terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara, berbatasan langsung dengan Mindanau Filipina. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 055.
6.       Pulau Miangas
Pulau ini terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara, berbatasan langsung dengan Pulau Mindanau Filipina. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 056. Pulau ini merupakan bekas bagian  dari Kesultanan Tidore. Tidore, Ternate, dan Bacan bagian dari Keresidenan Ternate. Pulau terdepan dari kepulauan ini adalah Pulau Bras yang berbatasan langsung dengan Negara kepulauan Palau
7.       Pulau Fani
Pulau ini terletak Kepulauan Asia, Barat Laut Kepala Burung Propinsi Irian Jaya Barat, berbatasan langsung dengan Negara kepulauanPalau. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 066.
8.       Pulau Fanildo
Pulau ini terletak di Kepulauan Asia, Barat Laut Kepala Burung Propinsi Irian Jaya Barat, berbatasan langsung dengan Negara kepulauan Palau. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 072.
9.       Pulau Bras
Pulau ini terletak di Kepulauan Asia, Barat Laut Kepala Burung Propinsi Irian Jaya Barat, berbatasan langsung dengan Negara Kepualuan Palau. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 072A.
10.   Pulau Batek
Pulau ini terletak di Selat Ombai, Di pantai utara Nusa Tenggara Timur dan Oecussi Timor Leste. Dari Data yang penulis pegang, di pulau ini belum ada Titik Dasar
11.   Pulau Marampit
Pulau ini terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara, berbatasan langsung dengan Pulau Mindanau Filipina. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 057.
12.   Pulau Dana
Pulau ini terletak di bagian selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan langsung dengan Pulau Karang Ashmore Australia. Di pulau ini terdapat Titik Dasar TD 121

·         Selain itu terdapat pula Kepulauan Bunguran (Natuna) dan kelompok Kepulauan Anambas pertama kali disebutkan sebagai bagian dari Keresidenan Riau. Anambas termasuk dalam wilayah 5-6. Natuna Besar, Natuna Utara, dan Natuna Selatan berturut-turut termasuk wilayah 7,8,9.


Sebutkan Provinsi-Provinsi di Indonesia!
Sumatera
Jawa
Kalimantan
1. Nanggroe Aceh Darussalam
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. Bengkulu
5. Riau
6. Kepulauan Riau
7. Jambi
8. Sumatera Selatan
9. Lampung
10. Kepulauan Bangka  Belitung
11. DKI Jakarta
12. Jawa Barat
13. Banten
14. Jawa Tengah
15. DI Yogyakarta
16. Jawa Timur

17. Kalimantan Barat
18. Kalimantan Tengah
19. Kalimantan Selatan
20. Kalimantan Timur


Nusa Tenggara
Sulawesi
Kepulauan Maluku dan Papua
21. Bali
22. Nusa Tenggara Barat
23. Nusa Tenggara Timur

24. Sulawesi Barat
25. Sulawesi Utara
26. Sulawesi Tengah
27. Sulawesi Selatan
28. Sulawesi Tenggara
29. Gorontalo
30. Maluku
31. Maluku Utara
32. Papua Barat
33. Papua